Efektif Tidakkah Dakwah Islam Melalui Dunia Perfilman
Film tidak hanya sebagai alat hiburan saja akan tetapi bisa membantu
menerangkan kepada orang lain secara visual dan juga dinamik, sebagai alat
bantu menyampaikan pesan agar pesan yang tersampaikan lebih hidup atau
realistic dibandingkan dengan penggunaan kata-kata atau tulisan saja. Di
samping itu, film juga mampu memberi penegasan kepada sesuatu penyampaian bagi
para penonton agar lebih di fokuskan terhadap isi kandungan yang ingin
disampaikan. Film menyentuh sisi afektif manusia yang bersifat spiritual dan
intuitif melalui metafora, logika, dan bahasa estetis audio visual.
Cara
berdakwah tentu akan lebih elegan dan lebih beradab dibandingkan dengan
demonstrasi besar-besaran. Perlawanan dilakukan dengan menggunakan senjata yang
sama, yaitu film. Sejauh ini umat Islam
menyadari bahwa mereka seringkali hanya menjadi konsumen dan objek sasaran
industri kapitalisme hiburan dunia. Sudah selayaknya umat Islam mulai beranjak
menjadi produsen film.
Saat
ini film layar lebar mulai bangkit kembali. Hanya saja isinya cenderung
kontraproduktif dengan dakwah Islam. Saat ini yang sering muncul dan laku di
pasaran adalah film-film berisi pesan pergaulan bebas.
Pada
film “Wanita Berkalung Sorban” misalnya, menceritakan seorang putri kyai yang
memiliki pondok pesantren, ia selalu ingin mendapatkan emansipasi wanita. Seperti
ingin melanjutkan kuliah di Yogyakarta. Namun, orang tuanya tidak mengizikan
karena ia seorang wanita yang dikodratkan hanya untuk melayani suami. Oleh
sebab itu, ayahnya berfikir kuliah tidak begitu penting untuk seorang
perempuan. Namun dari fim tersebut kita
bisa mengambil pelajaran bahwa seorang yang selalu bersabar dan berusaha keras,
suatu saat akan mendapatkan sesuatu yang diinginkan.
Dari
film tersebut mungkin bisa menjadi oase di tengah gersangnya perfilman
Indonesia, sekaligus menjadi gebarakan baru dakwah Islam melalui media layar
lebar. Memang tidak mudah untuk melahirkan film dakwah karena terkadang dalam
film bernuansa islami pun terdapat adegan yang dilarang oleh agama, seperti
adegan ketidak sengajaan bersentuhan tangan, bertatapan, berduaan dan lain
sebagainya.
Sebagai
bagian dari budaya Populer, dakwah romantis akan selalu terjebak pada
kepentingan Pasar. Oleh karena itulah dalam kasus film-film dakwah Romantis,
konflik cinta ditonjolkan daripada syiarnya. Dakwah
Romantis berjalan diantara kepentingan syi’ar dan penonjolan konflik cinta yang
sering disukai oleh penonton. Sebagaimana halnya sinetron yang harus dapat
menarik sebanyak mungkin penonton untuk mendapatkan iklan, tampaknya eksistensi
dakwah romantic yang dimediasi oleh film belum mampu melepaskan diri dari
dramatisasi kisah cinta. Cinta merupakan emosi yang laku di jual. Hal ini
menjadi ciri dari budaya popular yang mendorong pola konsumtif sebagai alat
dari ideology kapitalistik.
Seperti
pada film ‘Di bawah Naungan Ka’bah’. Film inipun
memanfaatkan hubungan pasangan lawan jenis sebagai bumbu yang melebihi isi.
Film bertema dakwah namun lebih menonjolkan konflik hubungan lawan jenis. Hal
inilah yang menarik dari film tersebut. Konflik cintanya telah menarik emosi
para penonton. Inilah yang menjadi daya tarik semua film-film sejenis di atas.
Menonjolkan konflik cinta lawan jenis yang kemudian dibalut symbol-simbol
agama. Bahkan menjelang ajal, kedua tokoh utama dalam film tersebut, Hamid dan
Zaenab, ditengarai mengalami sakit batin karena Cinta yang terpendam, seperti
halnya Qais dan Laila. Tokoh Pria meninggal di bawah ka’bah dalam keadaan sakit
batin mengingat Zainab. Pertanyaannya kemudian apakah ini sebagai film dakwah
atau sebagai film cinta? Jika tidak cermat, kita akan terjebak bahwa film-film
yang menggunakan symbol besar Islam tersebut sebagai film dakwah.
Solusi terhadap film dakwah yang disalah artikan adalah :
·
Kurangi
adegan romantic dan perbanyak adegan dakwahseperti pada film ‘Kiamat Sudah
Dekat’
·
Jika
diharuskanada segment romantis, adegan romantic diganti dengan kata-kata
romantic saja, seperti yang dilakukan Azam kepada Aya,di sinetron PPT.
·
Adanya
film tentang kisah nabi atau sohabat nabi, buatan Indonesia.
·
Selain
tujuan dan isi pesannya harus Islami, para pemain filmnya pun dituntut
konsisten dalam berperilaku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar